Hay mom, saat memasukkan anak ke sekolah mungkin adalah hari yang sangat membahagiakan bukan mom. Dan tentunya banyakk banget kan yang di dapatkan di sekolah. dan mungkin anda mengira semuanya telah di dapatkan dan di ajarkan di sekolah. Tapi, sebenarnya ada lho yang nggak diajarkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah, yang justru sangat mendasar dan paling penting karena kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Nah, yang begini ini, memang jangan diharapkan untuk diajarkan oleh sekolah. Melainkan, kitalah yang harus memberikan ilmu-ilmu tersebut pada si kecil.
Ilmu-ilmu apakah itu? penasaran yuk mari kita simak bersama ddi bawah ini.
1. Ilmu membela diri sendiri

Bukan, Ma, ini bukan ilmu bela diri yang martial art itu. Bukan. It’s about speaking up for yourself. Tentang bagaimana mempunyai pendirian, dan juga mempertahankannya.
Suzita Cochran, seorang psikolog anak, menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk membela diri saat masuk usia sekolah sangatlah penting. Kemampuan tersebut akan membantunya meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri. Selain itu, kemampuan membela diri ini juga dapat membantu si kecil untuk menentukan tujuan hidupnya suatu hari nanti.
Lalu, bagaimana caranya melatih anak agar mampu membela dirinya sendiri?
Caranya, adalah dengan meng-encourage si kecil untuk menghadapi masalahnya sendiri, namun tentu saja, tetap didampingi ya, Ma. Misalnya, saat dia menghadapi masalah, tanyakan dulu bagaimana perasaannya, apa penyebab masalah itu timbul. Setelah itu, berikan beberapa alternatif solusi padanya, dan jangan lupa untuk menjelaskan konsekuensi yang mungkin menyertai solusi yang akan dipilihnya.
2. Belajar untuk gagal

Beberapa waktu yang lalu, ada berita viral di internet, mengenai seorang mahasiswa yang bunuh diri karena nggak lulus (atau mendapat nilai nggak sempurna ya? Saya lupa. Hahaha) saat ujian akhir skripsinya. Hvft! Miris nggak sih, Ma, mendengarnya? Saya kok sedih ya.
Bukan sedih semata karena si pemuda harus meninggal dengan cara yang demikian, tapi lebih kepada betapa dia begitu fragile akan kegagalan. Padahal, konon katanya, dia adalah pemuda pintar yang selalu juara dan berhasil di setiap jenjang studinya.
Kita sebagai manusia kan nggak bakalan bisa menghindari dari yang namanya kegagalan. Saat si kecil nggak pernah belajar untuk gagal, maka dia bisa dipastikan akan mengalami proses yang sangat sulit sepanjang hidupnya.Rebecca Weingarten, seorang pendidik dan life coach di New York mengatakan, bahwa merupakan hal yang penting sekali bagi anak untuk bisa belajar menghadapi kegagalan, agar kemudian nggak gampang down saat mengalami hal-hal yang negatif.Saat anak harus gagal dalam prosesnya berkembang, Mama memang merupakan orang yang paling penting untuk dapat mengembalikan semangatnya. Bukan hanya dengan menghiburnya, Ma. Apalagi lantas Mama menyalahkan orang lain atau hal lain yang nggak ada hubungannya. No, a big no, Mama!
Lebih baik Mama ajak si kecil mengobrol santai, kemudian tanyakan padanya. Apakah yang dilakukannya sudah benar? Kesalahannya terletak di mana? Dan, apa yang harus dilakukan kemudian? Fokuslah pada hal-hal perbaikan, agar nggak mengulang kegagalan yang sama.
Ilmu-ilmu apakah itu? penasaran yuk mari kita simak bersama ddi bawah ini.
1. Ilmu membela diri sendiri
Bukan, Ma, ini bukan ilmu bela diri yang martial art itu. Bukan. It’s about speaking up for yourself. Tentang bagaimana mempunyai pendirian, dan juga mempertahankannya.
Suzita Cochran, seorang psikolog anak, menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk membela diri saat masuk usia sekolah sangatlah penting. Kemampuan tersebut akan membantunya meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri. Selain itu, kemampuan membela diri ini juga dapat membantu si kecil untuk menentukan tujuan hidupnya suatu hari nanti.
Lalu, bagaimana caranya melatih anak agar mampu membela dirinya sendiri?
Caranya, adalah dengan meng-encourage si kecil untuk menghadapi masalahnya sendiri, namun tentu saja, tetap didampingi ya, Ma. Misalnya, saat dia menghadapi masalah, tanyakan dulu bagaimana perasaannya, apa penyebab masalah itu timbul. Setelah itu, berikan beberapa alternatif solusi padanya, dan jangan lupa untuk menjelaskan konsekuensi yang mungkin menyertai solusi yang akan dipilihnya.
2. Belajar untuk gagal
Beberapa waktu yang lalu, ada berita viral di internet, mengenai seorang mahasiswa yang bunuh diri karena nggak lulus (atau mendapat nilai nggak sempurna ya? Saya lupa. Hahaha) saat ujian akhir skripsinya. Hvft! Miris nggak sih, Ma, mendengarnya? Saya kok sedih ya.
Bukan sedih semata karena si pemuda harus meninggal dengan cara yang demikian, tapi lebih kepada betapa dia begitu fragile akan kegagalan. Padahal, konon katanya, dia adalah pemuda pintar yang selalu juara dan berhasil di setiap jenjang studinya.
Kita sebagai manusia kan nggak bakalan bisa menghindari dari yang namanya kegagalan. Saat si kecil nggak pernah belajar untuk gagal, maka dia bisa dipastikan akan mengalami proses yang sangat sulit sepanjang hidupnya.Rebecca Weingarten, seorang pendidik dan life coach di New York mengatakan, bahwa merupakan hal yang penting sekali bagi anak untuk bisa belajar menghadapi kegagalan, agar kemudian nggak gampang down saat mengalami hal-hal yang negatif.Saat anak harus gagal dalam prosesnya berkembang, Mama memang merupakan orang yang paling penting untuk dapat mengembalikan semangatnya. Bukan hanya dengan menghiburnya, Ma. Apalagi lantas Mama menyalahkan orang lain atau hal lain yang nggak ada hubungannya. No, a big no, Mama!
Lebih baik Mama ajak si kecil mengobrol santai, kemudian tanyakan padanya. Apakah yang dilakukannya sudah benar? Kesalahannya terletak di mana? Dan, apa yang harus dilakukan kemudian? Fokuslah pada hal-hal perbaikan, agar nggak mengulang kegagalan yang sama.
3. Fokus
Coba amati, Ma. Saat si kecil sedang mengerjakan sesuatu, mudahkah dia teralihkan perhatiannya pada hal yang lain? Yah, mungkin masih ya. Si kecil di usianya pasti masih belum bisa fokus menyelesaikan apa yang sudah dimulainya. Dan ini hanya Mama yang bisa melatihnya, bukan bapak atau ibu guru di sekolah. Kemampuannya untuk fokus akan menentukan seberapa sukses saat dia besar nanti.So, you should start small. Minta si kecil untuk membantu Mama merencanakan dan kemudian menyelesaikan suatu hal. Misalnya, libatkan dia saat Mama sedang menyusun daftar belanjaan, kemudian ajak juga dia ikut berbelanja. Minta dia untuk hanya memasukkan barang-barang yang ada di daftar belanjaan ke dalam keranjang. Bukan permen, bukan lolipop kesukaannya (kalau memang itu nggak ada dalam daftar). Matikan televisi saat sudah tiba waktunya mereka belajar, dan luangkan satu jam atau dua jam tanpa gadget dan televisi di malam hari, misalnya, agar semua fokus pada waktu family time.
4. Empati pada orang lain
Empati merupakan kemampuan yang penting dikuasai oleh anak-anak. Mama setuju? Karena empati menjadi bekal mereka untuk bersosialisasi dengan orang lain, misalnya saja teman-teman sekolahnya, atau teman-teman bermainnya. Tanpa adanya rasa empati, si kecil nggak akan tahu, kapan mereka menyakiti orang lain, juga nggak akan tahu bagaimana bahagianya bisa berbagi dengan orang lain.
Untuk melatihnya, Mama bisa dengan cara membacakannya cerita, Ma. Carilah cerita di mana di dalamnya ada tokoh yang menghadapi masalah tertentu. Kemudian tanyakan pendapat si kecil, dan bagaimana perasaannya terhadap si tokoh. Apakah ikut merasa senang? Atau ikutan sedih? Dan seterusnya. Atau Mama juga bisa mendampinginya saat menonton televisi dan kebetulan ada berita mengenai hal-hal yang terjadi di seputar kita. Tanyakan perasaannya, dan dorong dia untuk mengekspresikan perasaannya tersebut. Terakhir, selalu apresiasi apa pun yang diutarakannya ya.
5. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuannya berkomunikasi dengan baik, terutama dengan orang dewasa lainnya, akan membantunya untuk berhasil membangun hubungan yang kuat dengan siapa pun, termasuk dengan gurunya di sekolah. Kemampuannya berkomunikasi akan dapat membantunya juga untuk sukses menjadi pemimpin.
Di sini, Mama harus menjadi contoh untuknya, Ma. Bagaimana cara Mama berkomunikasi dengannya, atau dengan Papa, atau dengan teman-teman Mama, pasti akan ditirunya. Jadi, pastikan Mama bisa mengendalikan cara bertutur Mama ya.
Jadi, apakah si kecil sudah punya keterampilan-keterampilan yang tak pernah diajarkan di sekolah di atas, Ma? Kalau belum, sepertinya belum terlalu terlambat untuk mengajarkannya sekarang juga. Demi masa depannya yang lebih cerah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar